Jawaban selalu dimulai dengan pertanyaan. Pertanyaan yang benar akan menghasilkan jawaban yang benar dan pertanyaan yang bagus akan menghasilkan sebuah jawaban yang bagus.
Dunia berkembang hingga saat ini karena manusia memiliki kemampuan bertanya. Pertanyaan timbul karena adanya sebuah masalah, dan sebuah pertanyaan akan selalu menghasilkan sebuah jawaban. Oleh karena itu pada pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan pelajaran bahasa yang lain, para pendidik harus mengembangkan dengan serius salah satu kemampuan berbahasa ini.
Di sekolah, pada umumnya kita dilatih untuk menjawab pertanyaan, kita lulus karena mampu menjawab pertanyaan, ini lumrah, tapi perlu disadari bahwa para pembelajar / murid hanya menjawab pertanyaan dan dinyatakan lulus karena mereka mampu menyelesaikan pertanyaan / soal / masalah yang memang sudah ada jawabannya dan tidak pernah ada sebuah ujian untuk membuat sebuah pertanyaan (hanya sebagian kecil di pelajaran bahasa). Pada hakekatnya sekolah hanya memberikan berbagai macam model permasalahan yang sudah ada jawabannya, sepanjang tahun mereka mempelajari jawaban dan diuji dengan pertanyaan yang jawabannya sudah dihafal. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah : Permasalahan di dunia ini variannya begitu banyak, dan sebuah jawaban yang baku belum tentu bisa menyelesaikan sebuah masalah. Apakah metode pembelajaran dengan pola yang ada sudah mampu menghasilkan generasi yang cakap untuk menyelesaikan sebuah masalah ?
Di sini perlunya pelajaran bahasa bisa menjadi penopang dari ilmu-ilmu lain yang dipelajari di sekolah. Jika murid pada kelas bahasa diajarkan dengan seksama bagaimana membuat pertanyaan yang tepat, maka dimungkinkan untuk membuat sebuah metode baru pada ilmu-ilmu lain yang berbasis menyelesaikan sebuah masalah yang belum ada jawabannya dengan mendorong mereka membuat pertanyaan yang akhirnya bisa memunculkan jawaban untuk masalah tersebut. Pola ini akan melatih murid menjadi seorang dengan kemampuan nalar yang cukup baik. Jadi urutannya begini : Guru memunculkan sebuah masalah, masalah yang diberikan haruslah sebuah permasalahan yang terbuka, bukan 1+1 =2. Kemudian murid mulai menganalisa permasalahan tersebut, melihatnya dari berbagai sudut pandang dan teori yang mereka miliki, dan mereka harus membuat pertanyaan-pertanyaan yang mungkin untuk permasalahan tersebut. Mungkin pada saat itu permasalahan belum bisa terpecahkan, tidak apa-apa, tutup pelajaran dan guru mengumpulkan pertanyaan yang sudah dibuat, dan memberikan penilaian berdasarkan kemampuan pertanyaan yang dibuat- untuk menghasilkan sebuah solusi. Pada hari berikutnya pertanyaan-pertanyaan yang bagus dan mengarah ke solusi mulai didiskusikan untuk menghasilkan jawaban yang paling mendekati solusi yang tepat. Saya yakin, metode ini akan meningkatkan pemahaman mereka, kelas menjadi hidup, dan mereka akan terlatih untuk menjadi penganalisa dan pemecah masalah. Murid akan lebih "pede" karena metode ini tidak menghasilkan perbedaan siapa yang lebih tahu dan lebih hafal jawaban, penilaian lebih fair dan bisa menunjukkan tingkat kemampuan berpikir mereka. Pikiran kreatif dan kritis mereka akan muncul di lingkungan seperti itu.
Perubahan jaman begitu cepat, kita harus segera berbenah untuk menghasilkan sebuah generasi yang siap untuk perubahan tersebut. Pendidikan yang dinamis lebih diperlukan di jaman ini. Jika murid dibiasakan dengan jawaban yang baku, akhirnya mereka menjadi generasi yang kaku, tidak mau berubah, dan takut untuk berubah, karena di sekolah mereka sudah terbiasa untuk takut membuat kesalahan, merubah jawaban berarti nilai berkurang atau tidak lulus. Pengetahuan baku dan kemampuan berpikir harus diseimbangkan. mereka tidak saja harus tahu, tetapi mereka harus mampu menghasilkan sesuatu dari apa diketahuinya.
Selamat mendidik.
-->
----/